Cerpen Wilson Nadeak "Dalam Hening Waktu" - Buseet dah, artikel banyak di rampas autoblog si anefcinta, dan ini merupakan salah satu artikel dia, copas juga ah judulnya adalah Cerpen Wilson Nadeak "Dalam Hening Waktu" Dalam hening waktu aku tidak mau diganggu. Lepas subuh aku mengambil saat teduh dan mencoba merenungkan sesuatu dan membiarkan pikiran, hati, dan kalbuku mengembara. Kurasakan suatu suasana gairah bertemu dengan Sang Tuhan dan berdialog dengan-Nya setelah menjelajah angkasa mahaluas yang biru. Sebuah suasana syahdu menggelegak dalam kalbu.
Saat teduhku terkadang terentak membuat tubuhku seolah-olah terangkat, mengapung tanpa berat, ketika dering telepon pagi itu berdering. Aku mengadakan konsentrasi lagi, tidak mengabaikan dering telepon yang bertalu-talu, ketika pikiranku mengelana ke batas ruang dan waktu, dan
tubuhku terhempas ke padang rumput yang hijau. Suasana nyaman tiba-tiba terganggu lagi, juga, oleh bunyi telepon itu. Aku tidak mengangkatnya. Telah kutetapkan dalam hati, setiap pagi lepas subuh, aku tidak mau diganggu oleh siapa dan oleh apa pun! Mengapa aku tidak bisa menjadi diriku sendiri, bebas dari usikan orang-orang di sekelilingku?
Untuk ketujuh kalinya saat teduhku terganggu lagi. Ah, Jakarta! Jakarta lagi! Mengapa aku terhempas ke Jakarta ini? Di luar hiruk pikuk kendaraan yang tidak ada putus-putusnya. Siang malam jalan-jalan raya padat kendaraan berbagai macam. Orang-orang yang mengejar waktu, mengejar kendaraan, dan dikejar waktu yang tidak berkesudahan membuat diriku terpenjara di belantara gedung-gedung pencakar langit ini. Mengapa mereka menarik aku ke kota yang tidak mengenal batas waktu ini? Di jemaatku di pedesaan, orang-orang ramah kepadaku. Mereka datang ke rumahku atau aku mendatangi rumah mereka, tanpa bunyi telepon segala. Saat teduhku sangat tidak terganggu. Aku dapat membuka jendela dan menghirup udara pegunungan yang segar. Aku dapat menatap puncak gunung dan menyaksikan rombongan burung gagak terbang riuh pada senja hari dan kemudian sepi menyentuh kalbu. Air pegunungan yang jernih, dingin, bersih, melebihi kemurnian air aqua yang tersedia di balik bangunan tinggi ini. Udara pegunungan jauh lebih sejuk daripada AC yang terus-menerus merayapi ruangan tinggalku di tingkat tiga ini. Sempurna sudah keterperangkapanku di udara Jakarta yang menyesakkan ini.
Dering telepon lagi untuk kedelapan kalinya. Suasana hening kulepaskan dari benakku. Aku turun ke kantor di lantai satu. Barangkali ada anggota jemaatku yang betul-betul memerlukan pertolonganku. Keterlaluan telepon itu. Tetapi, siapa tahu ada anggota jemaat yang meninggal dunia dan memerlukan simpati dan doa-doa yang lebih hidup daripada "saat teduhku" ini? Kuturuni tangga dan kucoba menghalau pikiran buruk dari benakku. Biasanya panggilan telepon pagi hari memang bersuasana duka. Sama seperti dering telepon tengah malam.
"Halo? Saya berbicara dengan siapa? Ada sesuatu yang dapat kutolong?" tanyaku.
Di seberang sana hening sejenak, lalu kemudian diikuti desah isak yang tertahan. Aku menunggu dengan ragu-ragu. "Siapa? halo?"
Setelah berlalu hening dalam beberapa detik, kudengar suara perempuan, "Halo? Pak Pendeta?"
"Ya, ada apa, Bu?"
"Bolehkah saya mengganggu?"
"Ya, tidak apa-apa. Ada yang dapat kubantu?"
"Boleh saya datang ke kantor Pendeta?"
"Ya. Tentu. Tentu."
Kudengar isakan dan kemudian disusul suara serak.
"Pak Pendeta, di tangan kananku ada botol Baygon, sudah lama hendak kuminum dalam ragu…."
"Bu, kedatangan Ibu kutunggu. Datanglah segera. Lepaskan Baygon itu. Datanglah! Saya akan mendengar keluhan Ibu. Sungguh, kutunggu."
"Baiklah," jawabnya pelahan. Terdengar bunyi botol diletakkan di atas meja. Lalu, gagang telepon yang ditaruh kembali.
Gawat! Gawat! kataku kepada diriku sendiri. Di pedalaman, jarang ada anggota jemaatku menggantung diri sekalipun kemarau panjang atau hama wereng menggasak padi mereka, atau tikus yang merajalela dan merusak padi yang sedang membesar. Aku tidak tahu seberapa jauh ia dari tempatku tinggal. Ibu itu tidak menyebut namanya dan itu hal biasa karena setiap anggota jemaat menyangka pendeta pastilah mengenali suara anggota jemaatnya. Tak peduli aku sebagai orang baru di kota ini.
Sejam kemudian terdengar bunyi bel pintu. Kubuka pintu dan tampak di depanku seorang ibu berusia kira-kira empat puluhan. Berpakaian rapi. Rupanya manis dan lembut. Pastilah ia seorang ibu yang baik di dalam keluarga.
"Masuklah, Bu," kataku.
"Saya Dian, Pak Pendeta. Ibu Dian Kesuma."
"Oh ya! Saya tahu. Saya ingat sekarang," kataku sambil mengingat-ingat kembali bahwa selang beberapa bulan yang lalu, aku bertemu dengan suaminya di gereja, dan istrinya di sampingnya. Kesan pertama yang kuperoleh, pastilah mereka keluarga bahagia. Dua anak mereka yang masih duduk di bangku SD juga duduk di samping mereka.
"Ada apa, Bu Dian?"
Bu Dian mengeluarkan saputangannya dan menutupi wajahnya dengan saputangan itu. Ia menahan isak. Lama suasana hening. Ia menangis.
Setelah tangisnya reda, kudengar suaranya mulai normal.
"Pak Pendeta. Telah berkali-kali Pak Pendeta kutelepon pagi hari, tetapi tidak ada yang mengangkat. Apakah saya mengganggu?" tanyanya.
Aku mengingat kembali saat teduhku, saat aku tidak mau diganggu. Ketika hening waktu aku bergumul dengan perasaanku sendiri dan mencari keteduhan di bawah sayap Yang Mahakuasa. Pada saat yang bersamaan, di sini ada seorang anak manusia yang memerlukan pertolongan dariku. Tuhan, ampuni aku, kataku kepada diriku sendiri. Betapa egois sikapku. Aku merasa bersalah.
"Maafkanlah saya, Bu Dian," jawabku, "Ibu tidak mengganggu."
"Saya mempunyai masalah, Pak Pendeta. Bolehkah saya menceritakannya?"
"Saya akan mendengar," jawabku. Aku selalu siap untuk mendengar dan memang itulah tugas penting yang diberikan Tuhan kepadaku. Mendengar dan mendengar. Mamahami, menaruh simpati, dan sedikit berkata-kata.
"Pak Pendeta, tadi pagi saya sudah bertekad untuk meminum Baygon kalau telepon kali terakhir itu tidak diangkat. Saya mengatakan kepada Tuhan apabila telepon pendeta ini tidak diangkat sama sekali berarti niatku harus kulaksanakan. Itulah sebuah pertanda bahwa tidak ada lagi gunanya aku hidup di dunia ini.
Tetapi, ketika dering telepon yang terakhir diangkat, saya meletakkan Baygon di atas meja dan buru-buru datang kemari. Tidak ada lagi tempatku mengadu, tidak ada. Pertama kali saya ketahui bahwa suamiku jatuh cinta lagi kepada seorang sahabatku yang karib, kuberitahukan kepada mertuaku, tetapi mereka mengatakan bahwa itu fitnah. Saya tanyakan gosip itu kepada suamiku, dijawabnya tidak ada apa-apa. Hubunganku dengan pihak keluarga suami menjadi retak. Mereka mengatakan bahwa saya menantu yang tidak tahu diri. Hal ini pun kuberitahukan kepada pihak keluargaku, mereka mengerti keadaanku dan memahami persoalanku, tapi mereka mengatakan bahwa mereka tidak dapat melakukan sesuatu karena kami menikah atas dasar suka sama suka sekalipun mereka tidak merestuinya. Hari demi hari kulalui dengan perasaan yang campur aduk. Suamiku bersikap biasa-biasa saja. Kalau ia pergi ke luar kota karena dinas, ia memberitahukan sebagaimana adanya. Kecurigaanku tidak mungkin kuceritakan kepada temanku yang paling dekat pun karena mereka pun dekat dengan perempuan yang kucurigai. Tetapi, hati nuraniku mengatakan lain.
Kerap kali kami bertengkar ketika anak-anak sudah tidur, hanya karena soal-soal kecil saja. Di mata suamiku, saya mendapat kesan, saya seperti penghalang bagi dirinya. Entah mengapa saya beroleh kesan seperti itu, saya tidak tahu. Sering ia marah-marah tanpa alasan. Kucoba mengalah, berdamai dengan diriku sendiri. Semua prasangka burukku kuhalau dari kalbu. Saya berusaha menjadi ibu yang baik kepada anak-anakku. Segala kasih sayangku kucurahkan kepada kedua anakku. Merekalah tumpuan harapanku. Mereka tidak mengetahui apa yang terjadi antara saya dan ayah mereka. Berbulan-bulan saya berusaha mendamaikan diriku sendiri.
Tetapi, belakangan saya sering mendapat telepon entah dari siapa. Dari seorang perempuan yang selalu bertanya di mana suamiku. Saya merasa risau mengapa ia begitu peduli dengan suamiku. Kukatakan hal ini kepada suamiku, tetapi ia mengatakan supaya hal itu dilupakan saja. 'Sekarang ini banyak perempuan iseng yang sekadar mengganggu keluarga orang.' Akan tetapi, saya justru bertanya-tanya kepada diri sendiri, mengapa perempuan itu menanyakan suamiku pada jam-jam kantor ke rumah. Pastilah ia tahu bahwa suamiku ada di kantornya. Beberapa waktu belakangan ini, telepon dari perempuan yang sama (walaupun volume suara yang agak berbeda) menanyakan di mana suamiku dan ia ingin meminta pertanggungjawaban. 'Pertanggungjawaban apa?' tanyaku. 'Atas perbuatannya!' jawabnya singkat, lalu memutus telepon.
Malam hari kutanyakan hal itu kepada suamiku. Tampaknya ia grogi dan berdiam diri. Kali ini tidak bereaksi dengan kemarahan seperti biasanya. Malah ia berdiam diri, sampai akhirnya saya mendesaknya. Ajaib, kali ini ia minta maaf kepadaku. 'Maafkanlah saya, Dian. Terlalu lama saya bersandiwara denganmu. Maafkanlah saya!' 'Apa yang harus kumaafkan? Kau terlibat dengan perempuan yang kucurigai itu?' 'Ya,' jawabnya perlahan. Saya merasa tanah tempatku berpijak runtuh, menganga, dan saya tenggelam ke dalamnya. Saya menangis sejadi-jadinya. Semalam-malaman air mataku membasahi bantalku. Saya tidak tahu hendak berbuat apa. Suamiku dengan terus terang mengakui kesalahannya kali ini dan memohon kepadaku maaf. Tetapi, maaf apa yang hendak kuberikan kepadanya? Haruskah saya melupakan peristiwa itu, sementara teror telepon datang dari waktu ke waktu?
Pak Pendeta, beberapa waktu yang lalu, ketika bangun pagi, saya menemukan sebuah surat di atas meja. Kubuka surat itu. Isinya? Aduh, dunia sudah kiamat bagiku. Ia meminta maaf dan pergi untuk selamanya dari sampingku dan samping anak-anakku. Ia memberitahukan bahwa kedua rumah yang dibeli dan ditempati atas namaku diserahkan padaku.
Kuhubungi keluarga pihak suamiku di mana keberadaan putra mereka, suamiku, tetapi mereka menjawab 'Tidak tahu.' Bahkan, mereka balik bertanya mengapa seorang suami meninggalkan istri dan anak-anak, pastilah karena istri yang tidak becus. Saya sakit hati sekali. Berminggu-minggu saya mencarinya ke mana-mana, tetapi tidak berhasil menemukannya. Orang kantornya pun mengatakan bahwa sudah lama ia tidak masuk kantor. Anak-anak menanyakan di mana ayah mereka, kujawab bahwa ia sedang bepergian ke luar kota untuk waktu yang lama.
Dalam situasi kemelut ini saya dikejutkan lagi berita bahwa kedua anak saya diambil pihak keluarga suamiku dari sekolah. Kiamat yang lain menimpaku lagi. Apa arti hidup ini bagiku, tanpa suami, tanpa anak dan tanpa keluarga? Di mana Tuhan, Pak Pendeta? Mengapa Dia membiarkan ini semua terjadi kepada diriku?…"
Perlahan aku menjawabnya, "Tuhan selalu mengasihi orang yang teraniaya, Bu Dian. Ia melihat deritamu, Ia memberi kekuatan kepadamu sampai suatu saat jalan terbaik ditunjukkan-Nya kepadamu."
Kulihat ia menarik napas dalam-dalam sambil menghapus titik-titik air mata dari pipinya. "Saya mendoakanmu, Bu Dian. Jangan putus asa. Tuhan akan menunjukkan jalan terbaik bagimu. Sabarlah. Jangan ikuti jalan iblis yang menggodamu, yang membawamu ke tempat yang tidak kaukehendaki. Serahkan jalan hidupmu kepada Tuhan, maka Ia akan menyelamatkanmu…."
Kata itu frase dari Kitab Suci, yang kupetik untuknya. Aku tidak tahu apakah itu dapat menghiburnya dan memberi kelegaan baginya. Aku sendiri pun pada saat teduh lebih memikirkan hening waktu daripada kenyataan yang kuhadapi. Tapi pasti, Tuhan yang ada di seberang sana tetaplah Tuhan yang memerhatikan jalan hidup manusia. Manusia adalah pelakon bagi hidupnya dan perannya yang dipilih sendiri berlangsung di pentas kehidupan itu sendiri.
Beberapa minggu kemudian dering telepon subuh hari mengentakkanku dari saat teduh yang terganggu. Segera kuangkat telepon. "Halo?" Dari seberang sana ada suara yang mudah kukenali. "Halo, Pak Pendeta. Ini Ibu Dian Kesuma. Perlu Pendeta kukabari bahwa kedua rumahku yang ada di Jakarta telah kujual. Sebagai anggota jemaat Anda, saya pamit. Saya akan pergi ke negeri seberang. Mencoba melupakan segala sesuatu. Kendaraan pun telah saya jual karena di negeri yang baru itu saya akan belajar melupakan sesuatu yang pernah singgah dalam hidupku. Terima kasih atas nasihat Pak Pendeta. Saya akan naik pesawat pertama pagi ini. Maafkan saya yang telah mengganggu saat teduh Pak Pendeta. Semoga di angkasa sana, kalau Tuhan mengizinkan, saya dapat merenungkan ciptaan kemuliaan Tuhan. Dari angkasa kita tahu bahwa manusia tak lebih dari setitik air yang akan lenyap dan menguap di udara. Selamat tinggal…."
Aku pun tenggelam dalam hening waktu.
Showing posts with label Puisi. Show all posts
Showing posts with label Puisi. Show all posts
Monday, February 13, 2012
Wednesday, February 8, 2012
Puisi Cinta Romantis Bahasa Inggris
Puisi Cinta Romantis Bahasa Inggris - Dalam keadaan koneski yang lelet ini, saya usahakan juga posting sebuah judul Puisi Cinta Romantis Bahasa Inggris, yah jadi buat sahabat semua yang pengen tau atau lagi nyari neh Puisi Cinta Romantis Bahasa Inggris bisa sobat lihat di bawah ini, untuk artinya, kalau sobat kagak ngarti berarti kita sama saya juga gak ngerti. hehe.. translet aja ya pakai google translet kalau pengen di artiken Puisinya, oke berikut selengkapnya .
Pragmatic Poetry
Smile to me and don't leave me
Cause you're my heart please dont leave me alone
You gave me your love with all your heart
I never have this kind a girl like you before
It's not cliche it's real
I just need you to believe
I will never treat you bad
Cause you're the one that I love
As the time goes on
That doesnt really matter it couldnt change our heart
And no ane will ever be
Cos your love always on my heart it kept me warm
No one seems to care
But we dont really care
Nah itu saja dulu tentang puisi bahasa inggris nya untuk sementara ini, moga bentar lagi koneksi kembali normal dengan di perbaikinya tower yang jebol kali ya, eh kok di puisi bahas jaringan sih, hehe maap, cuma nambahin kata kata aja,
Pragmatic Poetry
Smile to me and don't leave me
Cause you're my heart please dont leave me alone
You gave me your love with all your heart
I never have this kind a girl like you before
It's not cliche it's real
I just need you to believe
I will never treat you bad
Cause you're the one that I love
As the time goes on
That doesnt really matter it couldnt change our heart
And no ane will ever be
Cos your love always on my heart it kept me warm
No one seems to care
But we dont really care
Nah itu saja dulu tentang puisi bahasa inggris nya untuk sementara ini, moga bentar lagi koneksi kembali normal dengan di perbaikinya tower yang jebol kali ya, eh kok di puisi bahas jaringan sih, hehe maap, cuma nambahin kata kata aja,
rating 5
Sunday, February 5, 2012
Kumpulan Puisi Lulu Aundhia Allam Lengkap
Kumpulan Puisi Lulu Aundhia Allam Lengkap - berikut Ini beberapa puisi ciptaan saya sendiri (Lulu Aundhia Allam), mungkin tidak terlalu bagus tetapi inilah hasil karya sesungguhnya :)
Saat senja datang
Mentari telah menghilang
Gelap dunia menghampiri
Sinar cahaya merasa iri
Setengah fajar akan tiba
Namun terlambat sudah
Sanubari yang mulai berbeda
Goyang tanah karena marah
Dihempas gelombang
Dilemparkan angin
Diterjang badai
Dibutakan duka
Beribu jiwa telah melayang
Beribu harta telah hilang
Berjuta air mata menyelimuti
Berjuta kenangan tinggal bayang
Awalnya akan memulai hari
Yang telah matang direncanakan
Namun, apa daya kini telah usai
Setelah memandang semua kejadian
Lantunan dan alunan nada yang tak biasa
Bagaikan ombak memecah lautan
Kini saatnya telah tiba
Bumi terbalik karena beban
Seluruh jiwa terpuruk dalam duka
Mencari jawaban dari anga
Melukiskan sebuan jawaban
Semuanya telah direncanakan Tuhan
MUNGKIN
Di dunia ini
Tak ada yang tak mungkin
Ataukah mungkin
Hanya ilusi sebagian orang
Ataukah mungkin
Hanya khayalanku
Khayalan yang tak jelas di mata orang lain
Mungkinkah
Khayalan itu mungkin terjadi ?
Mungkinkah
Semua kemungkinan akan menjadi mungkin
Semua serba mungkin
Dan mungkin
Jika di dunia ini
Tak ada kata mungkin
Mungkin saja dunia ini terpuruk di dalam
Kepastian..
SEDIH INI
Kutatap langit dengan penuh perasaan
Betapa beratnya mendapat beban
Aku pun berbohong dengan sejuta alasan
Berbohong demi kebaikan
Apa kata dunia ini
Jika aku merasa dengki
Pada seseorang yang membuatku sakit hati
Karenanya aku pedih hati
Rasanya ingin menangis setiap saat
Tak kuasa ku menahan amarah
Hatiku yang sangat takut
Jiwaku yang sangat lemah
Tak mampu ku tuk berbicara
Pada orang yang mengadu dombakanku
Ingin sekali aku membalasnya
Tetapi kau membicarakanku
Ejekan yang tak berguna tentang diriku
Kau katakan pada semua orang
Akhirnya semua orang membenciku
Tetapi aku tetap tersenyum pada orang-orang
MY DREAMS
I ever dreamed
Dream of being a smart person
I never expected
Hoping for success
I want to fly high
As high as my dream one day later
The sun shine
Like the eternal world of peace
I planted a tear
As hopes of realizing the ideals
Hopefully I can walk around the world
When the future has arrived
Never stop hoping
Do not ever stop praying
Do not give up too easily
Pray and resignation
That is the key to successful
To achieve what you want
May our ideals come true ..
Reach star up there ..
Make it more bright, as bright as science ..
HAL ITU SESUATU
Saat malam tiba
Saat angin menghembus
Saat hujan turun
Saat badai menerjang
Saat dunia berputar
Aku selalu memikirkanmu
Aku ingin kau berada disampingku setiap saat
Aku ingin berbicara denganmu
Aku ingin selamanya bersamamu
Walaupun ku tahu kau tak mencintaiku
Walaupun kau tak mengenaliku lebih dalam
Aku ingin kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu
Semoga diantara kita ada ikatan yang sama
Antara aku dan kamu
TUHAN TELAH MERENCANAKAN
Saat senja datang
Mentari telah menghilang
Gelap dunia menghampiri
Sinar cahaya merasa iri
Setengah fajar akan tiba
Namun terlambat sudah
Sanubari yang mulai berbeda
Goyang tanah karena marah
Dihempas gelombang
Dilemparkan angin
Diterjang badai
Dibutakan duka
Beribu jiwa telah melayang
Beribu harta telah hilang
Berjuta air mata menyelimuti
Berjuta kenangan tinggal bayang
Awalnya akan memulai hari
Yang telah matang direncanakan
Namun, apa daya kini telah usai
Setelah memandang semua kejadian
Lantunan dan alunan nada yang tak biasa
Bagaikan ombak memecah lautan
Kini saatnya telah tiba
Bumi terbalik karena beban
Seluruh jiwa terpuruk dalam duka
Mencari jawaban dari anga
Melukiskan sebuan jawaban
Semuanya telah direncanakan Tuhan
MUNGKIN
Di dunia ini
Tak ada yang tak mungkin
Ataukah mungkin
Hanya ilusi sebagian orang
Ataukah mungkin
Hanya khayalanku
Khayalan yang tak jelas di mata orang lain
Mungkinkah
Khayalan itu mungkin terjadi ?
Mungkinkah
Semua kemungkinan akan menjadi mungkin
Semua serba mungkin
Dan mungkin
Jika di dunia ini
Tak ada kata mungkin
Mungkin saja dunia ini terpuruk di dalam
Kepastian..
SEDIH INI
Kutatap langit dengan penuh perasaan
Betapa beratnya mendapat beban
Aku pun berbohong dengan sejuta alasan
Berbohong demi kebaikan
Apa kata dunia ini
Jika aku merasa dengki
Pada seseorang yang membuatku sakit hati
Karenanya aku pedih hati
Rasanya ingin menangis setiap saat
Tak kuasa ku menahan amarah
Hatiku yang sangat takut
Jiwaku yang sangat lemah
Tak mampu ku tuk berbicara
Pada orang yang mengadu dombakanku
Ingin sekali aku membalasnya
Tetapi kau membicarakanku
Ejekan yang tak berguna tentang diriku
Kau katakan pada semua orang
Akhirnya semua orang membenciku
Tetapi aku tetap tersenyum pada orang-orang
MY DREAMS
I ever dreamed
Dream of being a smart person
I never expected
Hoping for success
I want to fly high
As high as my dream one day later
The sun shine
Like the eternal world of peace
I planted a tear
As hopes of realizing the ideals
Hopefully I can walk around the world
When the future has arrived
Never stop hoping
Do not ever stop praying
Do not give up too easily
Pray and resignation
That is the key to successful
To achieve what you want
May our ideals come true ..
Reach star up there ..
Make it more bright, as bright as science ..
HAL ITU SESUATU
Saat malam tiba
Saat angin menghembus
Saat hujan turun
Saat badai menerjang
Saat dunia berputar
Aku selalu memikirkanmu
Aku ingin kau berada disampingku setiap saat
Aku ingin berbicara denganmu
Aku ingin selamanya bersamamu
Walaupun ku tahu kau tak mencintaiku
Walaupun kau tak mengenaliku lebih dalam
Aku ingin kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu
Semoga diantara kita ada ikatan yang sama
Antara aku dan kamu
Sunday, January 22, 2012
Sms Ucapan Selamat Malam Romantis Bahasa Inggris & Artinya
Sms Ucapan Selamat Malam Romantis Bahasa Inggris & Artinya - Berikut ini Sedikit Ali Berikan kata-kata ucapan selamat malam romantis dalam bahasa Inggris beserta artinya.
1. Jika aku adalah bulan, aku akan memberikan terang di malam ini ! kenapa ? agar mimpimu indah malam ini. selamat malam.
if I were the moon, I will provide light at night! why? for beautiful dream tonight. good night.
2. Lihatlah bulan ! aku meminta bulan untuk memberikan sedikit sinarnya untukmu ! untuk menemani tidurmu malam ini. semoga mimpi indah
look at the moon! I asked the moon to give a little light for you! to accompany your sleep tonight. hopefully sweet dreams
3. Malam ini banyak bintang bersinar ! Aku akan ambilkan satu bintang yang paling cantik untuk menemani tidurmu ! mimpi indah
tonight the stars shine! I'll get one of the most beautiful stars to accompany your sleep! sweet dreams
Jika Anda mempunyai kata ucapan romantis dalam bahasa inggris, yang lebih bagus tentunya.
1. Jika aku adalah bulan, aku akan memberikan terang di malam ini ! kenapa ? agar mimpimu indah malam ini. selamat malam.
if I were the moon, I will provide light at night! why? for beautiful dream tonight. good night.
2. Lihatlah bulan ! aku meminta bulan untuk memberikan sedikit sinarnya untukmu ! untuk menemani tidurmu malam ini. semoga mimpi indah
look at the moon! I asked the moon to give a little light for you! to accompany your sleep tonight. hopefully sweet dreams
3. Malam ini banyak bintang bersinar ! Aku akan ambilkan satu bintang yang paling cantik untuk menemani tidurmu ! mimpi indah
tonight the stars shine! I'll get one of the most beautiful stars to accompany your sleep! sweet dreams
Jika Anda mempunyai kata ucapan romantis dalam bahasa inggris, yang lebih bagus tentunya.
rating 5
Saturday, January 21, 2012
Puisi Patah Hati: Satria Supernova
Puisi Patah Hati: Satria Supernova - Puisi Satria Supernova
Ada saat aku berusaha membunuh jiwaku…
Biar kuambil peluru itu
Ada saat hatiku sekarat…
Biarkan kumeregang untukmu.
Dan pada saat aku melesat…
Aku melepaskanmu dengan kebebasan mutlak
Aku mencintaimu, lebih dari yang kau tahu.
Kau mencintai dirimu, lebih dari yang kau tahu.
Original : hujangede.blogspot.com/2012/01/puisi-patah-hati-satria-supernova.html
Ada saat aku berusaha membunuh jiwaku…
Biar kuambil peluru itu
Ada saat hatiku sekarat…
Biarkan kumeregang untukmu.
Dan pada saat aku melesat…
Aku melepaskanmu dengan kebebasan mutlak
Aku mencintaimu, lebih dari yang kau tahu.
Kau mencintai dirimu, lebih dari yang kau tahu.
Original : hujangede.blogspot.com/2012/01/puisi-patah-hati-satria-supernova.html
rating 5
Wednesday, January 18, 2012
Puisi Cinta: Puisi Bapak BJ Habibie
Puisi Cinta: Puisi Bapak BJ Habibie - kali ini saya share tentang Puisi Bapak BJ Habibie. puisi ini saya dapatkan dari sobat blogger hujangedeonline, bagi sobat yang mencari artikel tentang Puisi Cinta: Puisi Bapak BJ Habibie silahkan simak selelngkapnya di bawah ini
Puisi cinta Bapak BJ Habibie
untuk
Almh. Ibu Ainun Habibie
Puisi Bapak BJ Habibie.
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang,
sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,
hatiku seperti tak di tempatnya,
dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang,
rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,
aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia,
kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
selamat jalan sayang,
cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
selamat jalan,
calon bidadari surgaku .
sumber : hujangede.blogspot.com/2012/01/puisi-cinta-puisi-bapak-bj-habibie.html
Puisi cinta Bapak BJ Habibie
untuk
Almh. Ibu Ainun Habibie
Puisi Bapak BJ Habibie.
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang,
sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,
hatiku seperti tak di tempatnya,
dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang,
rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,
aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia,
kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
selamat jalan sayang,
cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
selamat jalan,
calon bidadari surgaku .
sumber : hujangede.blogspot.com/2012/01/puisi-cinta-puisi-bapak-bj-habibie.html
rating 5
Puisi Negara Indonesia Raya
Puisi Negara Indonesia Raya - berikut saya sajikan Puisi Negara Indonesia Raya Bagi sobat yang mencari artikel tentang Puisi Negara Indonesia Raya
Hiduplah Indonesia Raya
Hiduplah Indonesia Raya
Tapi kenapa semua orang berbaris panjang kepanasan demi mendapatkannya?
Kata orang aku lahir di negeri yang subur tanpa tandus,
Tapi kenapa banyak orang yang kelaparan?
Apa ini termasuk hukuman dariNya?
Apa ini cuma ujian darinya?
Yang kaya menjadi tambah kaya,
Yang miskin menjadi tambah miskin
Aneh benar negeri ini, seakan akan ini perlombaan untuk bertahan hidup
Mungkin dia lagi tidur di kasur mewahnya, sedangkan rakyatnya tidur beralaskan kardus,
Di manakah sang penguasa negeri yang menjanjikan akan kesehatan rakyatnya?
Mungkin dia lagi berobat ke Singapore atau terapi di Malaysia,
Sedangkan rakyatnya tidak mampu untuk membayar biaya pengobatan rumah sakit.
Bersenang senang diatas jerit tangis rakyatnya,
Berkaraoke diatas kesusahan rakyatnya,
Pemimpinku, engkau sungguh bijaksana, terima kasih atas siksa
Pemimpinku, engkau sungguh pengertian terima kasih atas semua utang,
Hiduplah indonesia raya…
By: Khafid Fatkhur Rakhman
rating 5
Tuesday, January 17, 2012
Puisi Maafkan Aku Meninggalkanmu
Puisi Maafkan Aku Meninggalkanmu - Kali ini saya akan sedikit berbagi satu puisi yang sangat bagus dan keren buat sobat pengunjung setia blog saya ini. Jika sobat suka berpuisi, kali ini saya ada artikel tentang koleksi puisi untuk sobat yang menyukainya, puisi yang sangat bagus dan keren jika kita simak dengan seksama serta pake hati nurani kita yang paling dalam.
Terkadang hidup ini penuh dengan kesalahan, karena tak ada manusia yang sempurna, kesalahan dalam hidup memang sering kita alami sebagaimana mestinya layaknya jalani hidup dalam sebuah percintaan. Jika sobat punya salah kepada kekasih, karena sobat lebih mencintai orang lain ketimbang kekasih sobat, artikel tentang Puisi Maafkan Aku Meninggalkanmu ini sangat cocok banget dengan keadaan hati sobat, dan silahkan sobat mulai baca artikel yang telah saya update dibawah ini.
Terkadang hidup ini penuh dengan kesalahan, karena tak ada manusia yang sempurna, kesalahan dalam hidup memang sering kita alami sebagaimana mestinya layaknya jalani hidup dalam sebuah percintaan. Jika sobat punya salah kepada kekasih, karena sobat lebih mencintai orang lain ketimbang kekasih sobat, artikel tentang Puisi Maafkan Aku Meninggalkanmu ini sangat cocok banget dengan keadaan hati sobat, dan silahkan sobat mulai baca artikel yang telah saya update dibawah ini.
MA'AFKAN AKUDemikianlah artikel dari saya tentang "Puisi Maafkan Aku Meninggalkanmu" semoga bisa bermanfaat dan bermakna buat sobat pembaca
jauh dari lubuk hatiku yg paling dalam
diam terbelenggu, hanya dapat menunggu
kisah ini berakhir tanpa ada yang tersakiti
jauh tersudut di dalam hati
selalu terpikir akan kisah ini,
yang penuh dengan realita
sakit, terluka, bahagia, tercampur aduk menjadi satu
membuat ku bingung dan bimbang harus bagaimana
ku mencintai mu !
namun aku tak ingin membuat mu menangis dan tersakiti
bagai berjalan di tempat yang sunyi sepi
tersasar tak ada yang bisa menunjukan jalan
hanya diam menyimpan tanya yang kini ku bisa lakukan
ku cari arti cinta, selalu ku temui
namun hanya membuat ku bimbang
berikan ku kesempatan untuk bahagia
dengan dia orang yang aku cinta
terima kenyataan !
jangan terpuruk dalam kesakitan mu
tak kuasa aku menahan perih bila teringat akan kisah ku
hanya galau, sepi, sendiri yang menjadi teman dalam hari hari ku
bila tak ada kebahagiaan untuk ku
biarkan aku pergi dari dunia yang penuh dengan penderitaan ini
bukan ku berputus asa
namun ku tak sanggup hidup
dalam tanya yang selalu membuat BATIN ku tersiksa
BIARKAN KU BERSAMA NYA,
karena ku ingin BAHAGIA
rating 5
Monday, January 16, 2012
Puisi Wanita – Perempuanku
Puisi Wanita – Perempuanku - Perempuan yang ku sayang di sekujur waktu
Embun basuhi kesucian kalbu
Menggairahkan asmara cinta yang telah membeku
Kebekuan hati karena salju
Dikau adalah penguasa hati
Berjalan tenang dalam alunan waktu
Seiring nafas yang terhembus
Beserta udara yang ku hirup
penghancur angkuh duniaku
Dahulu aku angkuh bertemu senyum
Hempaskan seribu rayu
Kibaskan harumnya cinta
Namun kini aku tersipuh
Ketika ku tersentuh oleh sebalut cintamu
Dalam senyummu
Jika kau tetaplah perempuanku
Pastilah diriku rembulan yang bersinar layu
Pengantar tidur bertabur bintang
Seterang cahaya cinta yang ku padu rindu
Kan ku cumbui dirimu dalam sekujur umur
Kau perempuanku
Ku nobatkan hatimu dalam hatiku
Cintaku akan mengagungkan keagunganmu
Betapa mahkotamu menebar jantung
Akan bahagia bila ku sentuh dirimu
Aku adalah pengagummu
Dari sekian banyak pengagum
Namun aku bukanlah mereka
Yang merasa terkagum
Aku adalah aku
Yang lebih dari sekedar kagum
Sampang, 2011
By : Jamal Je rating 5
Embun basuhi kesucian kalbu
Menggairahkan asmara cinta yang telah membeku
Kebekuan hati karena salju
Dikau adalah penguasa hati
Berjalan tenang dalam alunan waktu
Seiring nafas yang terhembus
Beserta udara yang ku hirup
penghancur angkuh duniaku
Dahulu aku angkuh bertemu senyum
Hempaskan seribu rayu
Kibaskan harumnya cinta
Namun kini aku tersipuh
Ketika ku tersentuh oleh sebalut cintamu
Dalam senyummu
Jika kau tetaplah perempuanku
Pastilah diriku rembulan yang bersinar layu
Pengantar tidur bertabur bintang
Seterang cahaya cinta yang ku padu rindu
Kan ku cumbui dirimu dalam sekujur umur
Kau perempuanku
Ku nobatkan hatimu dalam hatiku
Cintaku akan mengagungkan keagunganmu
Betapa mahkotamu menebar jantung
Akan bahagia bila ku sentuh dirimu
Aku adalah pengagummu
Dari sekian banyak pengagum
Namun aku bukanlah mereka
Yang merasa terkagum
Aku adalah aku
Yang lebih dari sekedar kagum
Sampang, 2011
By : Jamal Je rating 5
Thursday, January 12, 2012
kumpulan cerpen bahasa jawa terbaru
kumpulan cerpen bahasa jawa terbaru -
“Anyar ya mas nang kene, aku bola bali liwat kene lagi wae ngerti ana angkringan nang papan kene?”
Paimin sing lagi ndingkluk ngantuk-antuk mak jenggerat kaget. Sanajan isih sore nanging thenguk-thenguk nunggu wong tuku ora teka-teka njalari ngantuk. Dadi dheweke kaget nalika ana pawongan neng ngarep rahine lagi mangan cakar.
“Ohhhh, nggih pak, nembe seminggu wonten mriki.”
“Kok sepi ngene mas. Iki, enak tenan iki cakare. Masak dhewe iki, Mas,” pitakone karo ora leren olehe ngrumuti cakar.
“Masak piyambak, Pak.”
“Enak tenan iki mas, menawa akeh sing ngerti angkringanmu iki mesthi ramene. Cakar iki bisa dadi jalaran ngramekake angkringanmu iki.”
“Niku rak cakar biasa tha Pak, cakar pithik. Sanes panglaris. Pundi saget ndadosake kathah tiyang jajan mriki.”
“Maksudku kuwi ora ngono mas. Sinten asmane sampeyan?
“Kula, Paimin, Pak.”
“Maksudku ora ngono, Mas Min. Cakar iki enak. Aku kawit cilik seneng mangan cakar amarga mangane kudu telaten. Digrumuti siji-siji iki sikil pithik sing cilik-cilik iki. Merga sikil pithik kuwi ujude kaya oyot wit-witan, ngendikane ibuku biyen, mengko menawa wis gedhe sikilku bakal pengkuh. Kaya wit- witan kae. Janjane ora bener. Mung dhek jaman aku cilik, ibuku bisane nukokake lawuh mung sikil pithik kaya ngene iki. Kuwi sebabe aku seneng mangan cakar nganti umurku samene. Nganti aku dadi dosen saiki, isih seneng mangan cakar. Menawa arep nemu cakar lungaku menyang akringan. Ngono, Mas Min, he he he,” bapak kuwi mau cerita akeh-akeh karo guyonan.
Paimin, seneng ngrungokake. Guneme bapak kuwi mau isi lan sajake wong pinter. Katon seka nyandange lan tindak tandhuke.
“Terus niku wau Pak, bab cakar sing dados panglaris niku wau. Cakare dinapakake, Pak? Napa dijur alus terus disebarke sekitar mriki napa pripun?”
“Ha ha ha ha,” bapake malah ngguyu seru. Paimin dadi bingung dhewe.
“Ora ngono, Mas Min. Menawa mangkono kuwi mau panglaris jamane simbah-simbah. Saiki wis bedha. Panglarise kudu nututi jaman,” wangsulane bapake.
“ Saiki ngene wae, Mas. Panglaris sik tak omongke kuwi mau, bakal tak jlentrehake marang Mas Min. Nanging ora sepisanan wengi iki. Tak omongke sethithik-sethitik ning lakonana. Mengko tak jamin angkringanmu rame. Piye, saguh ora?”
“Terus mangkih kula mbayar pinten, Pak? pitakone Paimin.”
“ Ha ha ha ha,” bapake ngguyu maneh. Malah tambah seru. Katon bungah atine.
“Ora perlu mbayar. Nanging sampeyan kudu manut lan saguh nglakoni.”
“Nggih pak, kula manut. Pokoke lantaran dodolan kula laris, kula manut Bapak!”
“Ya wis. Menawa sampeyan manut karo aku.”
Bapak sing sajake wong apik trus pinter iku banjur aweh pitutur marang Paimin. Jare syarate sing sepisanan kudu dilakoni Paimin, Paimin yen bakulan kudu rapi. Klambi dilebokake, nganggo sepatu. Setlikanan. Sanajan sandhangane ora apik banget ora ngapa-ngapa. Waton kabeh katon resik lan apik. Ora semrawut. Rambute kudu Klimis. Sing saiki rada dawa awul awulan kuwi dipotong ndisik. Diminyaki. Minyak murahan ora ngapa-ngapa, sing penting kena dienggo ngatur rambute.
Uwis ngono, tambah nganggo wewangen, men sing padha tuku ora semaput mambu kringet kecut. Bakul angkringan kuwi cedhak karo geni, panas, njalari kringeten. Mengko menawa sing tuku akeh, kudu mlaku rana rene. Ngeterke wedang lan liya-liyane, mengko nek ambumu kuwi ora mbetahi, sing padha tuku bisa-bisa bubar kabeh. Kabeh kuwi mau men sing padha tuku nang angkringan iki ora jijik karo bakule. Disawang kepenak lan nyenengake. Wong bakulan menawa katon kusut tur mbeyeyet, ora sumringah, njalari males wong sing arep mampir. Menawa wis kebacut mampir kapok.
Kuwi mau syarat sing sepisanan. Paimin sing kepingin mbuktekake panglarise bapake uga semangat banget. Esuke, sandhangan sing arep dienggo mengko sore, dikumbah. Awan garing banjur disetlika. Sepatune sing katon wus rada elek diresiki resik. Dilap nganggo banyu wis dirasa cukup, wong dheweke ora duwe semir sepatu. Kabeh kuwi mau dicepakake, siap dienggo mengko sore, Ngendikane bapake arep teka maneh. Arep menehi syarat panglaris liyane.
Bar magrib bapake teka maneh. Ora mung dhewekan. Bapake nggawa kanca. Wong loro. Paimin seneng wae, merga saya akeh kanca-kancane bapak kuwi sing diajak moro, berarti dodolane sansaya akeh sing payu. Paimin mesem.
Bapake teka meneng wae, langsung mangan cakar, anteng. Sajak nikmati olehe mangan. Sing ndeleng kana kene malah kancane sing loro kuwi mau. Banjur malah ngajak tetakonan marang Paimin. Suwe-suwe kok tekan anggone Paimin nyandhang. “Sampeyan bakul nyentrik, Mas. Walah-walah, lagi saiki aku ketemu karo bakul angkringan sing rapi kaya ngene, ya ora Mas No,” karo noleh kancane sing siji. Pawongan kuwi kok sajak ngoda. Paimin meneng wae. Arep wangsulan kok ora ngerti kudu wangsulan apa, kepriye. Nyandhang kaya mangkana dheweke wis krasa ora bebas. Rasane wagu, saknyatane ya apik. Mau dheweke sempat ngaca nalika liwat omah sing kacane riben. Jebul kok dheweke kuwi bagus.
“Ora, Mas, ora apa apa. Apik kok. Aku seneng ana bakul nyenengake disawang kaya sampeyan niku. Resik, apik.”
Paimin wangsulan semu mesem, niki rak kangge nampi panglaris saking Pak niku tho pak,” Paimin karo ngarahke dagune marang bapake sing lagi anteng mangan sate. Bapake meneng wae. Kancane sing pitakonan karo Paimin kuwi mau mung ngguya ngguyu, noleh marang bapake karo nepuk-nepuk pundhake.
Nalika bapake arep muleh, kancane wis mlaku ngadoh, dheweke nyedhaki Paiman. “Apik mas, seneng aku. Sampeyan wis manut. Saiki tak kandhani panglaris sawise sampeyan nglakoni sing sepisan niku.” Bapak kuwi mau banjur ngendika sethithik tapi diturut tenan karo Paimin, sebab dheweke mikir, mesthi sesuk dheweke teka maneh, tur nggawa kanca.
Wiwit sesuk, menawa Paimin dodolan, kabeh kudu resik. Panganane, uga piring lan piranti liyane.Ngendika mangkana bapake langsung lunga nyusul kanca-kancane. ”Eh mas, natane sing apik,” Wis karo mlaku, bapake isih merlokake noleh marang Paimin. Paimin mikir mbokmenawa resik kuwi mau dienggo syarat kanggo nampa panglaris, dilakoni wae dening Paimin. Sesuke, angkringane Paimin kinclong tenan. Kabeh barang resik. Ngature barang uga apik. Ora semrawut. Rada wengi, bapake teka maneh nggawa kanca. Ora suwe disusul karo kancane sing wingi, kancane kuwi mau ya nggawa kanca liya. Paimin seneng banget. Dodolane mesti cepet enthek.
Bengi kuwi bapake ngendika maneh marang Paimin. “Mas, Min, iki sesuk angkringanmu mesti bakal rame. Mas Min mesti butuh papan sing luwih jembar. Mas Min pindah wae, kae rada ngalor kana kae. Sisih kana kae lho, tembunge karo nduduhi panggon sing dikarepake. “Papan jembar kae sapunen, resikana. Sesuk, menawa dodolan karo nggawa klasa. Mengko klasane digelar. dienggo lesehan sapa-sapa sing tuku nang kene.” Bapake njelaske karepe marang Paimin.
Sawise tetembungan sing miturut Paimin aji panglaris kuwi, bapake ora langsung melu kanca-kancane. Malah ngajak Paimin…, dudu, dudu ngajak rembukan. Wong sing dingendikaake ora ajeg. Ngalor ngidul ora ana judule. Dasar Paimin, dheweke ya ngrungokake, malah bisa cerita akeh bab sabendinane lan pengalamane. Wong loro padha omong-omongan nganti suwe. “Sampeyan dasare grapyak kok, Mas Min, kuwi kudu Mas Min patrapake nang sapa wae sing tuku nang kene. Kabeh sing tuku disapa. Menawa wis kenal, menawa teka takoni kabare. Uwis, mung kuwi. Kabeh sing wis dilakoni karo Mas Min kawit tak omongi kae aja ditinggalke. Diugemi terus, saklawase bebakulan,” pituture bapake. Paimin manthuk-manthuk sinambi mesam mesem, ning ora kumecap.
“Terus kapan kula nampi panglarise, Pak?” pitakone Paimin.
Bapake sajak kaget, banjur ngguyu kepingkel-pingkel. Nanging banjur bapake ngedika,” Wis, Mas Min, wis tak turunke. Panglaris iku mau ya kabeh sing tak omongke marang Mas Min, ya kuwi kunci bebakulan.”
setelah sekian lama , akhirnya bisa update kumpulan cerpen bahasa jawa kali saya akan tambah satu koleksi lagi silahkan di baca:
"PETENG"
Gegadhangan, gegayuhan, kekudangan, gegancangan, kekarepan iku kabeh hamung wujud panyuwune jalma manungsa. Rikala ati ing sajroning ragane manungsa nembe nggrantes, perih utawa nelangsa, lumrah yen luh kang tumetes saka netra kiwa apa dene tengen, kasuntak byah bebasan megung ing bumi. Kosok baline kalamangsane pinaringan rejeki utawa kabungahan kang mbanyu mili, wus jamake girang gumuyune para manungsa sinandhing ana ing kahanan alam donya iki.
Hamung wewayangan bebasane, manungsa tinitah lumaku lan jumangkah amarga ana kang nggarisake. Jiwa ragane manungsa kagiring uga kaobahake dening kang hakarya jagat. Dhokter umpamane kang kawentar pinunjul ngrukti lan mbagasake lelara, tangeh lamun nguripake jalma kang wus tilar donya.
Ing ndhuwur mau jlentrehan wiwitaning aturku. Pangemut babagan kasunyatan anane Pangeran kang nguwasani jagad saisine, yaiku Allah SWT.
Anggonku bebrayan wus nora kena kawastanan saumur jagung, amarga wus pat belas taun. Ing semono taun, tangising jabang bayi rina klawan wengi tansah kaimpi-impi kaantu-antu, mbesuk kapan bisa mecah sepining atiku sakloron, aku lan bojoku. Setaun yen anane dina 365, wus bisa kaetung sepira dawane dina-dinaku ngetutake lurung-lurunging lelakon anggonku urip. Ing semono taun iku, kalamangsane katiban bungah amarga katone bisa reruntungan ngalor ngidul memantenan, amarga durung digondheli buntut. Ananging kang nora kena kapaido, mesthine uga nora luput saka rintiping coban lan godha, wiwit saka cilik utawa pacoban entheng nganti wujud prahara bebasan katerak angin lesus.
Ngenani babagan kahanan uripku kang bisa dak cuplikake, menawa bab pasinaon kaya-kayane aku lan sisihanku nora kebangetan anggone ketinggalan. Ala-ala senadyan rampung rada sauntara, aku kasil lulus kanthi titel sarjana S1. Apa maneh sisihanku luwih komplet, anggone klumpuk-klumpuk kulakan titel, S1, akta IV, uga S2. Dheweke uga kena sinebut pinter, pethel uga trengginas anggone tumandang samubarange tansah cukat.
Ngenani dedeg piyadeg, nora amarga mbiji luwih marang awake dhewe, nanging ya rada mrina yen diwastani ala. Kinanthi sangu pasinaon kang cukup, lumrahe nora kabingungan menawa ngadhepi urip. Ananging kasunyatane urip mono dudu ilmu matematika, yen loro tambah loro gunggunge papat. Urip sawijining ilmu kang nora bakal kena kaduga, nora kena kajlentrehake, nora kena katebak babagan pungkasane crita. Crita kang kawiwitan bungah, ing madya isih pinaringan bungah, ing pungkasan bisa wae kadunungan nelangsa.
Bali maneh ngenani aturku, 14 taun wareg anggonku kesondhang-kesandhung, niba-nangi nglakoni critaning urip, dumadakan nora kanyana-nyana bebasan ketiban ndaru, sisihanku katiti dening dhokter positif ngandhut. Byuh… mbuncah anggonku nampa bebungah, byuh… makcles garinging telak katetes banyu saclegukan, byuh… mongkog, bombong lan sapiturute tembung kang nuduhake kabungahan atiku sakloron. ”Harus istirahat total ya, bed rest…!” ngendikane dhokter, banget anggone wanti-wanti.
”Ya dokter, kami pasti akan patuhi anjuran dokter…” rebutan anggonku sumaur.
Bakal jabang bayi iku kaya dene emas gedhe kang sumimpen ing wetenge bojoku. Emas gedhe kang kudu jinaga ngati-ati ing wiwit byar padhang nganti tumekaning ngeremake netra.
Saben menit bojoku ngelus-elus wetenge, sinambi ndremimil kayadene lagi ngejak rerembugan karo bakal anake, ”Dhik, aja nakal ya, kok mancal-mancal ta…? Apa selak kepingin ketemu karo Pake Buke…?”
Sesasi, rong sasi nganti nem sasi, dhokter ndhawuhi bed rest, dak estokake… manut. Pokoke manut lan manut. Aku kang kudu leladi. Tangi kudu nangekake, mlaku kudu alon-alon anggone jumangkah kapapah. Cekake samubarang kudu diati-ati, banget anggone ngati-ati, kabeh kaluwarga ngesokake sih katresnan.
Ngancik pitu, netepi adat Jawa, dileksanani tasyakuran mitoni. Tansaya tambah cedhak pangantu-antuning pepinginan momong anak bakal kelakon.
”Mas, yen wus titi wancine diparengake dening dhokter, aku njaluk operasi caesar wae ya, amarga ngelingi umurku sing ora enom maneh. Dhoktere sing wis sepuh, sing pengalamane wis akeh ya Mas…,” panjaluke bojoku.
”Iya, wis mantebmu dhokter sing endi aku manut,” cekake sarwa iya, sarwa manut.
Ngancik umur wolu anggone bojoku nggarbini, tansaya sumringah nglakoni dina-dinaku. Apa maneh calon eyang-eyange, ya eyang saka aku uga saka bojoku wus padha katon bungahe, anggone ngantu-antu jumedhule bakal wayahe.
Nyuwun pirsa marang dhokter, yen pengin nglairake normal tanggale udakara tanggal 25 Maret. Ananging gandheng aku sakloron nduwe panjaluk bakal operasi caesar, dhokter mertikelake bisa kaleksanan milih kawiwitan tanggal 11 Maret. Mathuk, operasi katentokake ing tanggal 11 Maret. Mula wiwit mlebu sasi kasanga, tambah kerep anggone konsultasi lan priksa menyang dokter. Rong minggu sepisan sanja priksa dhokter.
Tanggal 4 Maret kadhawuhan priksa. Asile priksan dening dhokter samubarange katiti becik, normal, bobote bayine ing sajroning kandhungan wis kena diarani cukup, normal.
”Tanggal 10 Maret priksa lagi ya, cek darah dan jantung,” dhoktere ngendika.
”Ya dokter,” aku sakloron rebutan sumaur maneh.
Tanggal 10 Maret, aku tangi esuk-esuk umun-umun udakara jam papatan. Jam lima bojoku dak gugah saperlu kareben cepak-cepak. Rada sauntara anggonku siap-siap, jam enem sida budhal menyang ndhokteran. Jam pitu tumeka ing ndhokteran, banjur ndaptarake cek laborat karo cek jantung. Asile kabeh normal apik nora nana kang kudu di was sumelangi. Sawise perabot lapuran cek darah karo jantung rampung, aku sakloron leren leyeh-leyeh nyranti rawuhe dhokter kandungan.
Nyantri sauntara, udakara jam 10 dhoktere rawuh, tekan wanci giliranku karo bojoku tinimbalan mlebu kamar priksan.
”Selamat pagi dokter…” aku sakloron aruh-aruh dhoktere.
”Pagi silakan… besok pagi jadi operasi ya? Jam berapa… 11?”
”Terserah dokter saja, silakan jam berapa dokter…”
”Ini darah bagus, tidak perlu ditransfusi, jantung juga bagus… ayo kita lihat di USG,” dhoktere ndhawuhi bojoku munggah bed saperlu niti pirsa kahanan kandhungan.
Wetenge bojoku wiwit diolesi krim mbuh apa jenenge aku ora weruh, sawise rata banjur ditutul-tutul nganggo alate.
Dumadakan raine dhokter katon pucet, getihe kaya mandheg.
”Lho kok tidak ada denyut jantung…” Dheg, mak jenggirat aku njumbul. Kringet adhem wiwit tumetes.
Dhoktere katon tansaya tambah bingung, lan pungkasane, ”Bayinya meninggal…!”
Glaaaarrrr…. Dumadakan peteng, peteng langite, peteng panyawangku, kabeh peteng ndhedhet… lelimengan.
"SUPOYO NGIRIT"
Glendhoh, wong sugih sing kondhang medhit ing salah sijining kampung pinggiran ing Kutha Solo saiki kerep nesu karo rewange sing jenenge Klithuk. Prekarane sajane amung sepele. Yakuwi prekara sogok untuk sing kanggo ngilangi sliliden ing untu sawuse rampung mangan.
Dina kuwi kaya biasane, Glendhoh muring-muring amarga meruhi sogok untuk sak wadhah sing lagi esuk mau dituku ing supermarket wus entek gusis, amung kari wadhahe.
Glendhoh: Thuk…Klithuk. Mrenea!!
Klithuk: Wonten dhawuh punapa juragan.
Gledhoh: Karepmu kuwi kepriye ta! Yen tak kandhani mbok rungokake apa ora ta??
Klithuk: Lhah…wonten punapa nggih? Kula kok mboten sumerep.
Glendhoh: Kowe ki pancen seneng gawe aku nesu. Coba eling-elingen. Aku wus kaping pira ngandhani kowe, supaya ngirit nalika nganggo sogok untuk. Saben-saben mesthi mbok entekke. Sajane caramu nganggo kuwi piye ta??
Klithuk: Ooo..nuwun sewu juragan. Makaten, untu kula punika nembe sakit. Wonten ingkang krowok. Saben bibar nedha, mesthi kathah ingkang nyangkut. Mila, kula kathah ngangge sogok untuk lan sasampunipun inggih kula buwang, Ngertos-ngertos isinipun sampun telas.
Glendhoh:Ning caramu ya aja ngono kuwi. Marai boros, ngerti po ra??
Klithuk: Inggih juragan, kula janji mboten nelasaken sogok untu malih.
Liya dina, Glendhoh sing lagi wae mulih saka kantor lan mlebu ruang tamu meruhi wadhah sogok untune isih apik. Disawang tenanan, isine ya isih akeh, ora kaya adate. Glendhoh banjur jupuk siji lan dianggo cuthik-cuthik untune.
Klithuk: Sugeng rawuh juragan.
Glendhoh: Eh Thuk. Aku seneng meruhi kahanan iki. Saiki kowe pinter dikandhani lan nurut omonganku. Sogok untune isih akeh. Kayane kowe wus bisa ngirit anggone nganggo sogok untu. Ora kaya sing mbiyen-mbiyen. Apa untumu wus mari? Ora krowok maneh?
Klithuk: Mboten juragan. Untu kula taksih krowok.
Glendhoh: Lhah? Dadine kowe ya isih prelu sogok untu? Terus, seprene iki nganggo apa? Kok sogok untuk ing meja adate tak sawang isih wutuh?
Klithuk: Nggih taksih ngangge punika juragan. Namung sasampunipun ngangge kula wangsulaken malih wonten wadhah. Supados ngirit.
Glendhoh: Lhah?? Dadine sing tak anggo iki sisamu??
rating 5
“Anyar ya mas nang kene, aku bola bali liwat kene lagi wae ngerti ana angkringan nang papan kene?”
Paimin sing lagi ndingkluk ngantuk-antuk mak jenggerat kaget. Sanajan isih sore nanging thenguk-thenguk nunggu wong tuku ora teka-teka njalari ngantuk. Dadi dheweke kaget nalika ana pawongan neng ngarep rahine lagi mangan cakar.
“Ohhhh, nggih pak, nembe seminggu wonten mriki.”
“Kok sepi ngene mas. Iki, enak tenan iki cakare. Masak dhewe iki, Mas,” pitakone karo ora leren olehe ngrumuti cakar.
“Masak piyambak, Pak.”
“Enak tenan iki mas, menawa akeh sing ngerti angkringanmu iki mesthi ramene. Cakar iki bisa dadi jalaran ngramekake angkringanmu iki.”
“Niku rak cakar biasa tha Pak, cakar pithik. Sanes panglaris. Pundi saget ndadosake kathah tiyang jajan mriki.”
“Maksudku kuwi ora ngono mas. Sinten asmane sampeyan?
“Kula, Paimin, Pak.”
“Maksudku ora ngono, Mas Min. Cakar iki enak. Aku kawit cilik seneng mangan cakar amarga mangane kudu telaten. Digrumuti siji-siji iki sikil pithik sing cilik-cilik iki. Merga sikil pithik kuwi ujude kaya oyot wit-witan, ngendikane ibuku biyen, mengko menawa wis gedhe sikilku bakal pengkuh. Kaya wit- witan kae. Janjane ora bener. Mung dhek jaman aku cilik, ibuku bisane nukokake lawuh mung sikil pithik kaya ngene iki. Kuwi sebabe aku seneng mangan cakar nganti umurku samene. Nganti aku dadi dosen saiki, isih seneng mangan cakar. Menawa arep nemu cakar lungaku menyang akringan. Ngono, Mas Min, he he he,” bapak kuwi mau cerita akeh-akeh karo guyonan.
Paimin, seneng ngrungokake. Guneme bapak kuwi mau isi lan sajake wong pinter. Katon seka nyandange lan tindak tandhuke.
“Terus niku wau Pak, bab cakar sing dados panglaris niku wau. Cakare dinapakake, Pak? Napa dijur alus terus disebarke sekitar mriki napa pripun?”
“Ha ha ha ha,” bapake malah ngguyu seru. Paimin dadi bingung dhewe.
“Ora ngono, Mas Min. Menawa mangkono kuwi mau panglaris jamane simbah-simbah. Saiki wis bedha. Panglarise kudu nututi jaman,” wangsulane bapake.
“ Saiki ngene wae, Mas. Panglaris sik tak omongke kuwi mau, bakal tak jlentrehake marang Mas Min. Nanging ora sepisanan wengi iki. Tak omongke sethithik-sethitik ning lakonana. Mengko tak jamin angkringanmu rame. Piye, saguh ora?”
“Terus mangkih kula mbayar pinten, Pak? pitakone Paimin.”
“ Ha ha ha ha,” bapake ngguyu maneh. Malah tambah seru. Katon bungah atine.
“Ora perlu mbayar. Nanging sampeyan kudu manut lan saguh nglakoni.”
“Nggih pak, kula manut. Pokoke lantaran dodolan kula laris, kula manut Bapak!”
“Ya wis. Menawa sampeyan manut karo aku.”
Bapak sing sajake wong apik trus pinter iku banjur aweh pitutur marang Paimin. Jare syarate sing sepisanan kudu dilakoni Paimin, Paimin yen bakulan kudu rapi. Klambi dilebokake, nganggo sepatu. Setlikanan. Sanajan sandhangane ora apik banget ora ngapa-ngapa. Waton kabeh katon resik lan apik. Ora semrawut. Rambute kudu Klimis. Sing saiki rada dawa awul awulan kuwi dipotong ndisik. Diminyaki. Minyak murahan ora ngapa-ngapa, sing penting kena dienggo ngatur rambute.
Uwis ngono, tambah nganggo wewangen, men sing padha tuku ora semaput mambu kringet kecut. Bakul angkringan kuwi cedhak karo geni, panas, njalari kringeten. Mengko menawa sing tuku akeh, kudu mlaku rana rene. Ngeterke wedang lan liya-liyane, mengko nek ambumu kuwi ora mbetahi, sing padha tuku bisa-bisa bubar kabeh. Kabeh kuwi mau men sing padha tuku nang angkringan iki ora jijik karo bakule. Disawang kepenak lan nyenengake. Wong bakulan menawa katon kusut tur mbeyeyet, ora sumringah, njalari males wong sing arep mampir. Menawa wis kebacut mampir kapok.
Kuwi mau syarat sing sepisanan. Paimin sing kepingin mbuktekake panglarise bapake uga semangat banget. Esuke, sandhangan sing arep dienggo mengko sore, dikumbah. Awan garing banjur disetlika. Sepatune sing katon wus rada elek diresiki resik. Dilap nganggo banyu wis dirasa cukup, wong dheweke ora duwe semir sepatu. Kabeh kuwi mau dicepakake, siap dienggo mengko sore, Ngendikane bapake arep teka maneh. Arep menehi syarat panglaris liyane.
Bar magrib bapake teka maneh. Ora mung dhewekan. Bapake nggawa kanca. Wong loro. Paimin seneng wae, merga saya akeh kanca-kancane bapak kuwi sing diajak moro, berarti dodolane sansaya akeh sing payu. Paimin mesem.
Bapake teka meneng wae, langsung mangan cakar, anteng. Sajak nikmati olehe mangan. Sing ndeleng kana kene malah kancane sing loro kuwi mau. Banjur malah ngajak tetakonan marang Paimin. Suwe-suwe kok tekan anggone Paimin nyandhang. “Sampeyan bakul nyentrik, Mas. Walah-walah, lagi saiki aku ketemu karo bakul angkringan sing rapi kaya ngene, ya ora Mas No,” karo noleh kancane sing siji. Pawongan kuwi kok sajak ngoda. Paimin meneng wae. Arep wangsulan kok ora ngerti kudu wangsulan apa, kepriye. Nyandhang kaya mangkana dheweke wis krasa ora bebas. Rasane wagu, saknyatane ya apik. Mau dheweke sempat ngaca nalika liwat omah sing kacane riben. Jebul kok dheweke kuwi bagus.
“Ora, Mas, ora apa apa. Apik kok. Aku seneng ana bakul nyenengake disawang kaya sampeyan niku. Resik, apik.”
Paimin wangsulan semu mesem, niki rak kangge nampi panglaris saking Pak niku tho pak,” Paimin karo ngarahke dagune marang bapake sing lagi anteng mangan sate. Bapake meneng wae. Kancane sing pitakonan karo Paimin kuwi mau mung ngguya ngguyu, noleh marang bapake karo nepuk-nepuk pundhake.
Nalika bapake arep muleh, kancane wis mlaku ngadoh, dheweke nyedhaki Paiman. “Apik mas, seneng aku. Sampeyan wis manut. Saiki tak kandhani panglaris sawise sampeyan nglakoni sing sepisan niku.” Bapak kuwi mau banjur ngendika sethithik tapi diturut tenan karo Paimin, sebab dheweke mikir, mesthi sesuk dheweke teka maneh, tur nggawa kanca.
Wiwit sesuk, menawa Paimin dodolan, kabeh kudu resik. Panganane, uga piring lan piranti liyane.Ngendika mangkana bapake langsung lunga nyusul kanca-kancane. ”Eh mas, natane sing apik,” Wis karo mlaku, bapake isih merlokake noleh marang Paimin. Paimin mikir mbokmenawa resik kuwi mau dienggo syarat kanggo nampa panglaris, dilakoni wae dening Paimin. Sesuke, angkringane Paimin kinclong tenan. Kabeh barang resik. Ngature barang uga apik. Ora semrawut. Rada wengi, bapake teka maneh nggawa kanca. Ora suwe disusul karo kancane sing wingi, kancane kuwi mau ya nggawa kanca liya. Paimin seneng banget. Dodolane mesti cepet enthek.
Bengi kuwi bapake ngendika maneh marang Paimin. “Mas, Min, iki sesuk angkringanmu mesti bakal rame. Mas Min mesti butuh papan sing luwih jembar. Mas Min pindah wae, kae rada ngalor kana kae. Sisih kana kae lho, tembunge karo nduduhi panggon sing dikarepake. “Papan jembar kae sapunen, resikana. Sesuk, menawa dodolan karo nggawa klasa. Mengko klasane digelar. dienggo lesehan sapa-sapa sing tuku nang kene.” Bapake njelaske karepe marang Paimin.
Sawise tetembungan sing miturut Paimin aji panglaris kuwi, bapake ora langsung melu kanca-kancane. Malah ngajak Paimin…, dudu, dudu ngajak rembukan. Wong sing dingendikaake ora ajeg. Ngalor ngidul ora ana judule. Dasar Paimin, dheweke ya ngrungokake, malah bisa cerita akeh bab sabendinane lan pengalamane. Wong loro padha omong-omongan nganti suwe. “Sampeyan dasare grapyak kok, Mas Min, kuwi kudu Mas Min patrapake nang sapa wae sing tuku nang kene. Kabeh sing tuku disapa. Menawa wis kenal, menawa teka takoni kabare. Uwis, mung kuwi. Kabeh sing wis dilakoni karo Mas Min kawit tak omongi kae aja ditinggalke. Diugemi terus, saklawase bebakulan,” pituture bapake. Paimin manthuk-manthuk sinambi mesam mesem, ning ora kumecap.
“Terus kapan kula nampi panglarise, Pak?” pitakone Paimin.
Bapake sajak kaget, banjur ngguyu kepingkel-pingkel. Nanging banjur bapake ngedika,” Wis, Mas Min, wis tak turunke. Panglaris iku mau ya kabeh sing tak omongke marang Mas Min, ya kuwi kunci bebakulan.”
setelah sekian lama , akhirnya bisa update kumpulan cerpen bahasa jawa kali saya akan tambah satu koleksi lagi silahkan di baca:
"PETENG"
Gegadhangan, gegayuhan, kekudangan, gegancangan, kekarepan iku kabeh hamung wujud panyuwune jalma manungsa. Rikala ati ing sajroning ragane manungsa nembe nggrantes, perih utawa nelangsa, lumrah yen luh kang tumetes saka netra kiwa apa dene tengen, kasuntak byah bebasan megung ing bumi. Kosok baline kalamangsane pinaringan rejeki utawa kabungahan kang mbanyu mili, wus jamake girang gumuyune para manungsa sinandhing ana ing kahanan alam donya iki.
Hamung wewayangan bebasane, manungsa tinitah lumaku lan jumangkah amarga ana kang nggarisake. Jiwa ragane manungsa kagiring uga kaobahake dening kang hakarya jagat. Dhokter umpamane kang kawentar pinunjul ngrukti lan mbagasake lelara, tangeh lamun nguripake jalma kang wus tilar donya.
Ing ndhuwur mau jlentrehan wiwitaning aturku. Pangemut babagan kasunyatan anane Pangeran kang nguwasani jagad saisine, yaiku Allah SWT.
Anggonku bebrayan wus nora kena kawastanan saumur jagung, amarga wus pat belas taun. Ing semono taun, tangising jabang bayi rina klawan wengi tansah kaimpi-impi kaantu-antu, mbesuk kapan bisa mecah sepining atiku sakloron, aku lan bojoku. Setaun yen anane dina 365, wus bisa kaetung sepira dawane dina-dinaku ngetutake lurung-lurunging lelakon anggonku urip. Ing semono taun iku, kalamangsane katiban bungah amarga katone bisa reruntungan ngalor ngidul memantenan, amarga durung digondheli buntut. Ananging kang nora kena kapaido, mesthine uga nora luput saka rintiping coban lan godha, wiwit saka cilik utawa pacoban entheng nganti wujud prahara bebasan katerak angin lesus.
Ngenani babagan kahanan uripku kang bisa dak cuplikake, menawa bab pasinaon kaya-kayane aku lan sisihanku nora kebangetan anggone ketinggalan. Ala-ala senadyan rampung rada sauntara, aku kasil lulus kanthi titel sarjana S1. Apa maneh sisihanku luwih komplet, anggone klumpuk-klumpuk kulakan titel, S1, akta IV, uga S2. Dheweke uga kena sinebut pinter, pethel uga trengginas anggone tumandang samubarange tansah cukat.
Ngenani dedeg piyadeg, nora amarga mbiji luwih marang awake dhewe, nanging ya rada mrina yen diwastani ala. Kinanthi sangu pasinaon kang cukup, lumrahe nora kabingungan menawa ngadhepi urip. Ananging kasunyatane urip mono dudu ilmu matematika, yen loro tambah loro gunggunge papat. Urip sawijining ilmu kang nora bakal kena kaduga, nora kena kajlentrehake, nora kena katebak babagan pungkasane crita. Crita kang kawiwitan bungah, ing madya isih pinaringan bungah, ing pungkasan bisa wae kadunungan nelangsa.
Bali maneh ngenani aturku, 14 taun wareg anggonku kesondhang-kesandhung, niba-nangi nglakoni critaning urip, dumadakan nora kanyana-nyana bebasan ketiban ndaru, sisihanku katiti dening dhokter positif ngandhut. Byuh… mbuncah anggonku nampa bebungah, byuh… makcles garinging telak katetes banyu saclegukan, byuh… mongkog, bombong lan sapiturute tembung kang nuduhake kabungahan atiku sakloron. ”Harus istirahat total ya, bed rest…!” ngendikane dhokter, banget anggone wanti-wanti.
”Ya dokter, kami pasti akan patuhi anjuran dokter…” rebutan anggonku sumaur.
Bakal jabang bayi iku kaya dene emas gedhe kang sumimpen ing wetenge bojoku. Emas gedhe kang kudu jinaga ngati-ati ing wiwit byar padhang nganti tumekaning ngeremake netra.
Saben menit bojoku ngelus-elus wetenge, sinambi ndremimil kayadene lagi ngejak rerembugan karo bakal anake, ”Dhik, aja nakal ya, kok mancal-mancal ta…? Apa selak kepingin ketemu karo Pake Buke…?”
Sesasi, rong sasi nganti nem sasi, dhokter ndhawuhi bed rest, dak estokake… manut. Pokoke manut lan manut. Aku kang kudu leladi. Tangi kudu nangekake, mlaku kudu alon-alon anggone jumangkah kapapah. Cekake samubarang kudu diati-ati, banget anggone ngati-ati, kabeh kaluwarga ngesokake sih katresnan.
Ngancik pitu, netepi adat Jawa, dileksanani tasyakuran mitoni. Tansaya tambah cedhak pangantu-antuning pepinginan momong anak bakal kelakon.
”Mas, yen wus titi wancine diparengake dening dhokter, aku njaluk operasi caesar wae ya, amarga ngelingi umurku sing ora enom maneh. Dhoktere sing wis sepuh, sing pengalamane wis akeh ya Mas…,” panjaluke bojoku.
”Iya, wis mantebmu dhokter sing endi aku manut,” cekake sarwa iya, sarwa manut.
Ngancik umur wolu anggone bojoku nggarbini, tansaya sumringah nglakoni dina-dinaku. Apa maneh calon eyang-eyange, ya eyang saka aku uga saka bojoku wus padha katon bungahe, anggone ngantu-antu jumedhule bakal wayahe.
Nyuwun pirsa marang dhokter, yen pengin nglairake normal tanggale udakara tanggal 25 Maret. Ananging gandheng aku sakloron nduwe panjaluk bakal operasi caesar, dhokter mertikelake bisa kaleksanan milih kawiwitan tanggal 11 Maret. Mathuk, operasi katentokake ing tanggal 11 Maret. Mula wiwit mlebu sasi kasanga, tambah kerep anggone konsultasi lan priksa menyang dokter. Rong minggu sepisan sanja priksa dhokter.
Tanggal 4 Maret kadhawuhan priksa. Asile priksan dening dhokter samubarange katiti becik, normal, bobote bayine ing sajroning kandhungan wis kena diarani cukup, normal.
”Tanggal 10 Maret priksa lagi ya, cek darah dan jantung,” dhoktere ngendika.
”Ya dokter,” aku sakloron rebutan sumaur maneh.
Tanggal 10 Maret, aku tangi esuk-esuk umun-umun udakara jam papatan. Jam lima bojoku dak gugah saperlu kareben cepak-cepak. Rada sauntara anggonku siap-siap, jam enem sida budhal menyang ndhokteran. Jam pitu tumeka ing ndhokteran, banjur ndaptarake cek laborat karo cek jantung. Asile kabeh normal apik nora nana kang kudu di was sumelangi. Sawise perabot lapuran cek darah karo jantung rampung, aku sakloron leren leyeh-leyeh nyranti rawuhe dhokter kandungan.
Nyantri sauntara, udakara jam 10 dhoktere rawuh, tekan wanci giliranku karo bojoku tinimbalan mlebu kamar priksan.
”Selamat pagi dokter…” aku sakloron aruh-aruh dhoktere.
”Pagi silakan… besok pagi jadi operasi ya? Jam berapa… 11?”
”Terserah dokter saja, silakan jam berapa dokter…”
”Ini darah bagus, tidak perlu ditransfusi, jantung juga bagus… ayo kita lihat di USG,” dhoktere ndhawuhi bojoku munggah bed saperlu niti pirsa kahanan kandhungan.
Wetenge bojoku wiwit diolesi krim mbuh apa jenenge aku ora weruh, sawise rata banjur ditutul-tutul nganggo alate.
Dumadakan raine dhokter katon pucet, getihe kaya mandheg.
”Lho kok tidak ada denyut jantung…” Dheg, mak jenggirat aku njumbul. Kringet adhem wiwit tumetes.
Dhoktere katon tansaya tambah bingung, lan pungkasane, ”Bayinya meninggal…!”
Glaaaarrrr…. Dumadakan peteng, peteng langite, peteng panyawangku, kabeh peteng ndhedhet… lelimengan.
"SUPOYO NGIRIT"
Glendhoh, wong sugih sing kondhang medhit ing salah sijining kampung pinggiran ing Kutha Solo saiki kerep nesu karo rewange sing jenenge Klithuk. Prekarane sajane amung sepele. Yakuwi prekara sogok untuk sing kanggo ngilangi sliliden ing untu sawuse rampung mangan.
Dina kuwi kaya biasane, Glendhoh muring-muring amarga meruhi sogok untuk sak wadhah sing lagi esuk mau dituku ing supermarket wus entek gusis, amung kari wadhahe.
Glendhoh: Thuk…Klithuk. Mrenea!!
Klithuk: Wonten dhawuh punapa juragan.
Gledhoh: Karepmu kuwi kepriye ta! Yen tak kandhani mbok rungokake apa ora ta??
Klithuk: Lhah…wonten punapa nggih? Kula kok mboten sumerep.
Glendhoh: Kowe ki pancen seneng gawe aku nesu. Coba eling-elingen. Aku wus kaping pira ngandhani kowe, supaya ngirit nalika nganggo sogok untuk. Saben-saben mesthi mbok entekke. Sajane caramu nganggo kuwi piye ta??
Klithuk: Ooo..nuwun sewu juragan. Makaten, untu kula punika nembe sakit. Wonten ingkang krowok. Saben bibar nedha, mesthi kathah ingkang nyangkut. Mila, kula kathah ngangge sogok untuk lan sasampunipun inggih kula buwang, Ngertos-ngertos isinipun sampun telas.
Glendhoh:Ning caramu ya aja ngono kuwi. Marai boros, ngerti po ra??
Klithuk: Inggih juragan, kula janji mboten nelasaken sogok untu malih.
Liya dina, Glendhoh sing lagi wae mulih saka kantor lan mlebu ruang tamu meruhi wadhah sogok untune isih apik. Disawang tenanan, isine ya isih akeh, ora kaya adate. Glendhoh banjur jupuk siji lan dianggo cuthik-cuthik untune.
Klithuk: Sugeng rawuh juragan.
Glendhoh: Eh Thuk. Aku seneng meruhi kahanan iki. Saiki kowe pinter dikandhani lan nurut omonganku. Sogok untune isih akeh. Kayane kowe wus bisa ngirit anggone nganggo sogok untu. Ora kaya sing mbiyen-mbiyen. Apa untumu wus mari? Ora krowok maneh?
Klithuk: Mboten juragan. Untu kula taksih krowok.
Glendhoh: Lhah? Dadine kowe ya isih prelu sogok untu? Terus, seprene iki nganggo apa? Kok sogok untuk ing meja adate tak sawang isih wutuh?
Klithuk: Nggih taksih ngangge punika juragan. Namung sasampunipun ngangge kula wangsulaken malih wonten wadhah. Supados ngirit.
Glendhoh: Lhah?? Dadine sing tak anggo iki sisamu??
rating 5
Subscribe to:
Posts (Atom)